To Yona
Please understand me even if I’m not very talkative (Tolong mengerti aku meski aku tak banyak bicara?)
“Leo, kau mau pesan apa?” Tanya gadis didepanku. Menatap penuh tanya padaku yang sedang memeriksa file yang akan kujadikan bahan untuk clientku. Dua jam lagi aku akan bertemu dengannya dan mengatur rencana kami. Kasus kali ini cukup rumit sehingga aku menjadi sedikit sibuk untuk menyiapkan segalanya. Tak kujawab pertanyaan gadis dengan rambut hitam lurus itu meski ia telah menanti jawabanku karena kuyakin ia akan memilihkannya untukku.
“Baiklah, Ramen Kimchi dan Ice Coffee” katanya. Dan benar saja, ia memesankan makanan dan minuman kesukaanku. Aku menatapnya sejenak dan kembali focus pada notebook dihadapanku. Kembali memeriksa data yang kuperlukan. Mengabaikannya yang kini sedang menatapku.
“Kau sedang sibuk?” tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk tanpa sekalipun menoleh padanya. Ya, aku cukup sibuk.
“Kau akan bertemu clientmu setelah ini?” tanyanya sekali lagi yang kembali kujawab dengan anggukan tanpa menatapnya. Ya, ada hal yang harus kami diskusikan setelah ini.
“Hah! Baiklah, aku tak akan mengganggumu lagi, aku hanya akan membaca buku hingga makanan kita tiba dan kemudian kau tutup notebook kesayanganmu itu. Ini sudah masuk waktu makan siang dan aku tak ingin kau sakit” katanya seraya tersenyum dan mengambil buku dari dalam tasnya dan mulai membaca. Tanpa ia sadari, aku tersenyum menatapnya yang larut dengan buku yang ia baca. Terima kasih sudah mau mengerti.
-------------
I’ll tell you my sincere feeling I’ve hide (Aku akan mengatak perasaan tulusku yang selama ini kusembunyikan)
Do you remember the day we first met? (Apakah kau mengingat hari pertama kita bertemu?)
When you look at me dan smile with those pretty lips (Ketika kau menatapku dan tersenyum dengan bibir cantikmu)
Sebenarnya aku sudah menduga hal ini. Pertanyaan ibu mengenai orang yang kusuka tak pernah kujawab, karena memang aku tak memilikinya. Pasti akan membuat ayah mengambil satu keputusan untukku. Dan jujur saja, aku juga tidak keberatan dengan pertunangan ini, meskipun hal ini cukup ketinggalan zaman, tapi kuakui aku tak bisa mencarinya sendiri. Ada banyak hal yang membuatku berbeda dengan orang lain sehingga membuatku cukup sulit berinteraksi bahkan jatuh cinta pada orang lain.
Berbekal nomor telepon yang Ayah berikan, aku akan menemui gadis bernama Yona dan mengantarnya pulang sebelum keesokan harinya keluarga kami bertemu dan mendiskusikan semuanya. Meski terbiasa pulang kerumah menggunakan mobilkku sendiri, tapi kali ini berbeda. Maraknya kasus perampokan akhir akhir ini aku memilih naik kendaraan umum. Sungguh aku tak bisa menutup mataku sekarang, jantungku berdegup dengan kencang dan aku terus merasa tak tenang. Aku tak pernah merasa seperti ini, bahkan saat sidang pertamaku saja aku masih bisa menenangkan diriku. Tapi kini, meski berkali kali aku menarik napas dan menghembuskannya dengan pelan, aku masih belum bisa mengontrol diriku. Aish aku tak mau mengakui hal ini, tapi aku aku berharap ia gadis yang bisa aku cintai karena ia telah membuatku lepas kendali.
----------
Aku berdiri menatap bangunan di depanku. Rumah dua tingkat yang bercat merah, warna kesukaanku. Menatap pintu dengan jantung yang terus mengetuk kencang. Gadis bernama Yean itu sedang bersiap siap saat aku mengirip pesan singkat padanya 5 menit yang lalu saat aku datang. Aku benar benar tak tahu harus bagaimana, pikiranku berubah menjadi kosong. Kurasa tak ada gunanya aku menenangkan diriku sekarang, karena aku telah benar benar kehilangan control atas diriku. Dan aku tak mau hal hal memalukan diluar dugaan terjadi. Saat aku sedang berkutat dengan pikiranku, tiba tiba pintu di depanku terbuka. Terlihat seorang gadis dengan kaos berwarna merah tiga perempat dan jeans hitam, dilengkapi dengan sepatu sneakers hitam. Rambut hitam lurusnya terkuncir berantakan dan bibir itu. Ia tersenyum dengan…..
Deg
Kupikir aku akan jatuh cinta pada gadis dengan gaun dan sepatu heels, atau gadis berkaca mata dengan setelan kantor. Tapi, kenapa hanya dengan melihat senyumnya aku merasa ada kupu-kupu beterbangan dalam perutku? Aku selalu berkata tipe idealku adalah gadis yang meninggalkan kesan pada pertemuan pertama. Tapi kali ini tidak. Kurasa ia membawa pergi seluruh jiwaku dengan senyumannya.
“Aku Leo, aku sudah tahu namamu Yona. Kita akan pulang menggunakan bus dan aku sudah memesan tiketnya” kataku. Bisa kuliahat dia sangat terkejut dengan perkataanku. Bahkan ia belum sempat mengatakan apapun padaku. Tapi sungguh aku tak tahan. Jantungku rasanya sudah mau meledak. Aku berbalik dan mulai berjalan, meninggalkannya yang masih terlihat kaget namun dengan pelan mengikuti langkahku. Sungguh aku berharap ia mendengar degup jantungku yang tak beraturan.
After that day I promise myself (Setelah ahri itu aku berjanji pada diriku)
I didn’t want to let you go from my embrace (Aku tidak akan melepaskanmu dari pelukanku)
Why I’m like this? (Mengapa aku seperti ini?)
I wasn’t like this but the feel get bigger (Aku tidak seperti itu, tapi perasaan ini semakin besar)
---------
To be continued
Ini cerita pertama yang aku posting di Blog. Karena aku ngga berharap ada yang baca, tapi ngga papa. Lang sung aja